IBU HAMIL DENGAN KEK

KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL
PENGERTIAN
  • Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999).
  • Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK ( Arismas,2009).
  • Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut : a.Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg. b.Tinggi badan ibu < 145 cm. c.Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg. d.Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 e.Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).
PENGUKURAN STATUS GIZI
1.Pengukuran LILA
  • Ada beberapa cara untuk dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur LILA, mengukur kadar Hb. Bentuk adan ukuran masa jaringan adala masa tubuh. Contoh ukuran masa jaringan adala LILA, berat badan, dan tebal lemak. Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Pertambahan otot dan lemak di lengan berlangsung cepat selama tahun pertama kehidupan (Arisman,2009).
  • Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007). Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis. Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah ( Arisman, 2007)
  • a.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pengukuran LILA
  1. Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
  2. Lengan harus dalam posisi bebas.
  3. Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
  4. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya tidak rata (Arisman, 2007).
  • b.Cara Mengukur LILA
  1. Tetapkan posisi bahu dan siku
  2. Letakkan pita antara bahu dan siku.
  3. Tentukan titik tengah lengan.
  4. Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.
  5. Pita jangan telalu ketat.
  6. Pita jangan terlalu longgar.
  7. Cara pembacaan skala yang benar. (Arisman, 2007)
2.Pengukuran Berat Badan
  • Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma, 2009).
  • Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah makan yang dikonsumsi.
  • Pada prinsipnya ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)balance scales dan spring scale. Contoh beam balance ialah dancing, dan spring scale adalah timbangan pegas. Karena pegas mudah melar timbangan jenis spring scsle tidak dianjurkan untuk digunakan berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu panas.
  • Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat.
  • Dengan berbekal beberapa rumus ideal tentang berat badan, saya (penulis) dapat kembangkan menjadi rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut : Dimana penjelasannya adalah BBIH adalah Berat Badan Ideal Ibu Hamil yang akan dicari. BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm (TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm. Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk orang Eropa dan disesuaikan oleh Katsura untuk orang Indonesia. UH adalah Umur kehamilan dalam minggu. Diambil perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat dengan dini diketahui. 0.35 adalah Tambahan berat badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai terendah 350 gram atau 0.35 kg . Dasarnya diambil nilai terendah adalah penambahan berat badan lebih ditekankan pada kualitas (mutu) bukan pada kuantitas (banyaknya) (Supriasa, 2002).
3.Pengukuran Tinggi Badan
  • Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan , factor umur dapat dikesampingkan. Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus.
  • Pengukuran tinggi badan bermaksud untuk menjadikanya sebagai bahan menentukan status gizi. Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk mengukur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan tulang rangka, terutama rangka extrimitas (tungai dan lengan). Untuk tinggi badan peranan tungkai yang dominan.
  • Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang sudah bisa berdiri digunakan alat microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm. Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita fibreglas (pita tukang jahit pakaian) dengan bantuan papan data dan tegak lurus dengan lantai. Pengukuran dengan pita fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku. Persyaratan tempat pemasangan alat adalah didinding harus datar dan rata dan tegak lurus dengan lantai. Dinding yang memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pada lantai keramik) tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan saat pemasangan mikrotoise adalah saat sudah terpasang dan direntang maksimal ke lantai harus terbaca pada skala 0 cm.
  • A.Cara Pengukuran Berdiri membelakangi dinding dimana microtoie terpasang dengan posisi siap santai (bukan siap militer), tangan disamping badan terkulai lemas, tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempel di dinding. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus diperiksa ketentuan ini sebelum membaca hasil pengukuran. Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala. Bagi terukur yang berjilbab agak sedikit ditekan agar pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk terukur yang memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau digeser ke bagia kiri kepala. Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut 90 derajat). Pada gambar di atas, apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus. Bacaan pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabila tinggi terukur 160 cm, harus ditulis 160,0 cm (koma nol harus ditulis). Tinggi badan kurang dari 145 cm atau kurang merupakan salah satu risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi: a.Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin/kepala tidak besar. b.Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar/kepala besar. Pada kedua kemungkinan itu, bayi tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, dan membutuhkan operasi Sesar.
4.Indeks Masa Tumbuh
  • Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengarui produktif kerja. Laporan FAO /WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan oleh Body Mass Index (BMI).
  • Di Indonesia istila Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indekx Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untu memantau status gizi orang dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass Index (IMT).
  • Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau terjadi kesulitan dalam persalinan. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa (Arisman, 2009).
  • Penilaian Indeks Masa Tumbuh diperoleh dengan memperhitungkan berat badan sebelum hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (Yuni, 2009).
  • Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19-70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT
Status Gizi
  1. IMT KKP I < 16
  2. KKP II 16,0 -16,9
  3. KKP III 17,0 – 18,4
  4. Normal ≤18,5 – < 25
  5. Obesitas I 25 – 29,9
  6. Obesitas II 30 – 40
  7. Obesitas III >40
Sumber: Arisman, 2009
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL
1. Faktor Sosial Ekonomi
  • Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gzi yang dibutuhan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil semakin terpantau (Weni,2010). Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2006).
a.Pendidikan
  • Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005). Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya (FKM UI, 2007).
  • Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mempunyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifikasi (Depdikbud, 1997).
b.Pekerjaan
  • Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah guna untuk kehidupan (Kamus Besar Indonesia, 2008). Ibu yang sedang hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya (FKM UI, 2007). Kemampuan bekerja selama hamil dapat dipengaruhi oleh peningkatan berat badan dan perubahan sikap (Benson Ralph C, 2008). Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama kehamilan termasuk :
  1. Berdiri lebih dari 3 jam sehari.
  2. Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya.
  3. Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan membersihkan.
  4. Jam kerja yang panjang (Curtis Glade B, 1999 ).
  • Kriteria pekerjaan dapat dibedakan menjadi buruh/pegawai tidak tetap, swasta, PNS/ABRI, tidak bekerja/ibu rumah tangga (Nursalam, 2001).
c.Pendapatan
  • Penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga yang berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan dia bebas karena tidak ada etika yang mengatur.
  • Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat penggelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula prosentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan makanan lainnya (FKM UI, 2007).
  • Berdasarkan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan untuk pedesaan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
  1. Pendapatan rendah di bawah Rp. 790.000,-
  2. Pendapatan sedang Rp.790.000,- sampai. Rp.1.270.000,-
  3. Pendapatan tinggi di atas Rp. 1.270.000,-
(www.Informasi Upah Minimum Regional (UMR) Jombang Tahun 2010, 2011)
2.Faktor Jarak Kelahiran
  • Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung (Baliwati, 2006). Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI, 2007). Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu seolah-olah menghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.
  • Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Resiko rendah (≥ 2 tahun sampai < 10 tahun).
  2. Resiko tinggi (< 2 tahun atau ≥ 10 tahun) (Rochjati P, 2003).
3. Faktor Paritas
  • Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan :
  1. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi.
  2. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.
  • Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Partas rendah (< 4x kelahiran).
  2. Paritas tinggi (≥ 4x kelahiran).
  • Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan :
  1. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi.
  2. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.
  • Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Partas rendah (< 4x kelahiran).
  2. Paritas tinggi (≥ 4x kelahiran) (Roechjati P, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
  1. Alimul, A.H. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
  2. Alimul, A.H. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
  3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
  4. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
  5. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
  6. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  7. Prawirohardjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
  8. Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM
  9. Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
  10. Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogyakarta : Fitramaya
  11. Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika
  12. Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat
  13. Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
  14. Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogyakarta : Muha Medika
  15. Anonym. 2011. Upah Minimum Regional (http://Informasi Upah Minimum Regional (UMR) Jombang Tahun 2010,2011.com/)
  16. Rochjati,Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : FK UNAIR
  17. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Keidupan. Jogyakarta : Muha Medika

POSYANDU

POSYANDU

A.Pengertian

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (Cessnasari. 2005) judul artikel

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.(Effendi, Nasrul. 1998: 267)

B.Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain:

  • Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan nifas.
  • Membudayakan NKBS
  • Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
  • Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

C.Kegiatan Pokok Posyandu

  • KIA
  • KB
  • Imunisasi
  • Gizi
  • Penanggulangan diare

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

D.Pelaksanaan Layanan Posyandu
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:

Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:

  • Imunisasi
  • Pemberian vitamin A dosis tinggi.
  • Pembagian pil KB atau kondom.
  • Pengobatan ringan.
  • Konsultasi KB.

Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

E.Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S  : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
Keberhasilan Posyandu berdasarkan:

  1. D Æ Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.
  2. N Æ Berhasil tidaknya program posyandu.

(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007)

F.Kegiatan Posyandu

1.   Jenis Pelayanan Minimal Kepada Anak
Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali  tidak melakukan penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.

Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.

Pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya (kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat badannya berada di bawah garis merah KMS.

Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh layu.

Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan rujukan bila perlu.

2. Pelayanan Tambahan yang Diberikan

  1. Pelayanan bumil dan menyusui.
  2. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
  3. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti tabulin, tabunus dan sebagainya.
  4. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
  5. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
  6. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
  7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan.
  8. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman.
  9. pemanfaatan pekarangan.
  10. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.
  11. Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain.

(Bagian Kependudukan dan Biostatik FKM USU. 2007)

G.Manfaat Posyandu  
Posyandu memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi, penanggulangan diare.

1. Kesehatan ibu dan anak

  • Ibu:  Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilandan nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.
  • Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan Februari dan Agustus (Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2007). Akibat dari kurangnya vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95)

  • Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari   data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.

KMS adalah kartu untuk mencatat dan memantau pekembangan balita dengan melihat garis pertumbuhan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS dapat diketahui status pertumbuhan anaknya.

Kriteria Berat Badan balita di KMS:

Berat badan naik :

  • Berat badan bertambah mengikuti salah satu pita warna, berat badan bertamabah ke pita warna diatasnya.

Berat badan tidak naik :

  • Berat badanya berkurang atau turun, berat badan tetap, berat badan bertambah atau naik tapi pindah ke pita warna di bawahnya.

Berat badan dibawah garis merah
Merupakan awal tanda  balita gizi buruk Pemberian makanan tambahan atau PMT, PMT diberikan kepada semua balita yang menimbang ke posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 104)

2   Keluarga Berencana
Pelayanan Keluarga Berencana berupa pelayanan kontrasepsi kondom, pil KB, dan suntik KB.

3   Imunisasi
Di posyandu balita akan mendapatkan layanan imunisasi.

Macam imunisasi yang diberikan di posyandu adalah

  • BCG untuk mencegah penyakit TBC.
  • DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
  • Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.
  • Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B (penyakit kuning).

4   Peningkatan Gizi
Dengan adanya posyandu yang sasaran utamanya bayi dan balita, sangat tepat untuk meningkatkan gizi balita (Notoadmodjo, Soekidjo. 2003: 205). Peningkatan gizi balita  di posyandu yang dilakukan oleh kader berupa    memberikan penyuluhan tentang  ASI, status gizi balita, MPASI, Imunisasi, Vitamin A, stimulasi tumbuh kembang anak, diare pada balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 24).

5   Penanggulangan diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127). Melakukan rujukan pada penderita diare yang menunjukan tanda bahaya di Puskesmas. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 129). Memberikan penyuluhan penggulangan diare oleh  kader posyandu. (Departemen Kesehatan RI. 2006: 132)

H.Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu:

  • Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
  • Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
  • Pekerjaan iu
  • Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
  • Sarana dan prasarana di posyandu
  • Jarak dari posyandu tersebut

(Widiastuti. 2006)

     Daftar Pustaka

Cessnasari. Ke Posyandu Terthindar Busung lapar. http://suaramerdeka.com. 15.15 wib. 2 Maret 2008

Departemen kesehatan RI. 2006 Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta  Masyarakat dalam UPKM. http://www.library.usu.ac.id. 19.25 wib. 5 April 2008

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat.. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan  Balita di Posyandu. http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id. 18.00 wib. 5 April 20 

PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS

Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Dalam masa tersebut pasti ibu akan merasakan berbagai macam perubahan. Disini akan disebutkan secara detail perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa tersebut. Ada berbagai macam perubahan yang dialami seorang ibu pasca persalinan. Termasuk dalam pemulihan seperti sebelum hamil. berikut berbagai macam perubahan yang normal terjadi. 

 1.Perubahan sistem reproduksi

Salama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali   keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut.

  1. Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

1)         Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

2)         Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3)         Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam  otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

4)         Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simpisis 500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

 

 

  1. Lokia

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

 

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

 

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

  1. Vagina  dan perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.

 2.Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :

  1. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

  1. Motilitas
    Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

      3    .PengosonganUsus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

  1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
  2. Pemberian cairan yang cukup.
  3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
  4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain

3.perubahan sistem muskuloskeletal

             Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah placenta dilahirkan.

            Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minngu setelah persalinan.

            Sebagai akibat putusnya serat-serat plastic kulit dan distensi yang belangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.

 

  1. Perubahan Tanda-tanda Vital

1Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.(Siti saleha,2009)

  1. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

  1. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

  1. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

 

  1. Perubahan Sistem kardiovaskuler

   Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selam masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (Haematokrit).

         Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari post partum.

 

  1. Perubahan  Sistem Hematologi

     Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

 

  1. Perubahan Sistem Endokrin

 

  1. Hormon placenta

Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.

  1. Hormone pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

  1. Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

  1. Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Saleha:2009 53-61)


REFERENSI

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

 

 

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT

1.Pengertian Peran Serta Masyarakat

Peranserta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa partisipasi atau peranserta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit untuk dirumuskan.

Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan individu,keluarga,dam kelompak masyarakat dalam setiap menggerakkan upya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab kesehatan diri,keluarga dan masyarakat.Peran serta masyarakar adalah proses untuk :

1.Menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab

2.Mengenbangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan kesehatan.

Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya ( Dep Kes RI, 1997, hal 5 )

2.Tujuan Peran Serta Masyarakat

Tujuan program peranserta masyarakat adalah meningkatkan peran dan kemandirian, dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai; meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat; memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat.

Secara umum tujuan peran serta masyarakat adalah

a.Terwujud public opinion dimasyarakat umum yang positif terhadap norma hidup sehat

b.Terciptanya pemimpin

c.Terwujudmya pemberian pelayanan kesehatan sebagai perintis yang memacu pembangunan kesehatan masyarakat.

d.Pembinaan berbagai organisasi atau institusi yang berorientasi kesehatan di masyarakatuntuk meningkatkan peran dan kontribusi yang optimal dalam masyarakat

3.Tahapan Peran Serta Masyarakat

  1. Tahap Penjajakan.

Pada awal penggerakan dan pemberdayaan masyarakat akan tahu apa sebenarnya yang dibutuhkan dan juga potensi apa yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah : Pengenalan Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah , Identifikasi Potensi Masyarakat dan Sumber lainnya serta Pemecahan Masalah dan Pemikiran Alternatif Pemecahan Masalah.

  1. Tahap Perencanaan.

Merencanakan rencana sesuai masalah tersebut.

  1. Tahap Persiapan Pelaksanaan melakukan penyuluhan tentang kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya dilakukan orientasi dan latihan bagi petugas dan selanjutnya menyiapkan fisik dan non fisik untuk melaksanakan kegiatan.
  2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan adalah melakukan advokasi kepada penentu kebijakan, Toma-Toga dan komponen masyarakat lainnya yang mempunyai pengaruh dalam keberhasilan kegiatan, selanjutnya dilakukukan KIE dan KIP Konseling, melakukan pemberdayaan institusi masyarakat, dan akhirnya dilakukan pelayanan program.
  3. Monitoring dan Evaluasi.

4.Tingkat Peran Serta Mayarakat

Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat memerlukan kemampuan, kesempatan, dan motivasi. Berbagai tingkatan partisipasi / peranserta masyarakat antara lain :

1) Peran  serta karena perintah / karena terpaksa.

2) Peran serta karena imbalan. Adanya peranserta karena imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.

3) Peran serta karena identifikasi  atau rasa ingin memiliki

4) Peran serta karena kesadaran. Peranserta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan

5) Peran serta karena tuntutan akan hak dan tanggung jawab.

5.Bentuk Peran Serta Mayarakat

Peran serta dapat diwujudkan dalam bentuk:

1) Tenaga, seseorang berperanserta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbangkan tenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan dan sebagainya

2) Materi, seseorang berperanserta dalam kegiatan kelompok dengan menyumbang-kan materi yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut, misalnya uang, pinjaman tempat dan sebagainya

6.pembinaan peran serta masyarakat

Keadaan komunitas terkait erat keberhasilannya dengan peran serta masyarakat.oleh karena itu,peran serta masyarakat mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan pelayanan kebidanan komunitas.Masyarakat dapat berperan serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya,serta sumber daya lainnyayang tersedia untuk mendukung upaya kesehatan ibu,anak dan KB.

Peran serta masyarakat dibidang kesehatan adalah proses ketika individa dan keluargaserta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta:

1.Mengambil tanggung jawab atas kesehatan  dan ketergantungan dirinya sendiri,keluarga dan masyarakat

2.Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalm pengembangan kesehatan meraeka sendiri dan masyarakatsehingga termotipasi untuk memecahkan berbagai masalah kesehatan ynag dihadapi.

3.Menjadi agen /perintis kesehatandan pemimpin dalam menggerakan peran serta masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi semangat gotong royong.

Faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat adalah prilaku individu dan masyarakat

a.Prilaku individu

Prilaku Individu dipengaruhu oleh berbagai hal seperti

a.tingkat pengetahuan dn keyakinan

b.sikap mental

c.tingkat kebutuhan

d.tingkat keterikatan dal kelompok

e.tingkat kemampuan sumber daya yang ada

b.Prilaku masyarakat

Prilaku masyarat dipengaruhi oleh keadaan politik,ekonomi,sosial budaya,pendidikan dan agama.Keadaan dan struktur politik dipandang sebagai slah stu aspek penting dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang selanjutnya akan mewujudkan peran serta masyarakat.

  • Secara umum pengembangan peran serat masyarakat adalah

a.Melaksanakan penggalanggan,pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.

b.Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal an memecahkan masalah keluarga maupun masyarakat dengan mengenali dan menggerakan sumber daya yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

 Runjati.ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS.2010.JAKARTA:EGC

PURWANDASARI,ATIK,2010.ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.JAKARTA:EGC

 

KEHAMILAN EKTOPIK

KEHAMILAN EKTOPIK

A.Pengertian Kehamilan Ektopik

Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi. Dalam proses normal, janin akan menempel pada dinding rahim dan berkembang selama sembilan bulan.

Namun ada sekitar dua persen sel telur yang telah dibuahi menempel pada organ selain rahim sehingga disebut kehamilan ektopik. Tuba falopi merupakan organ yang paling sering ditempeli sel telur tersebut. Sementara organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan ektopik meliputi rongga perut, ovarium, serta leher rahim atau serviks.

Salah satu penyebab kehamilan ektopik yang paling umum terjadi adalah kerusakan tuba falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini akan menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel dalam tuba falopi itu sendiri atau organ lain. Di samping itu, kadar hormon yang tidak seimbang atau perkembangan abnormal semasa wanita sedang dalam kandungan juga terkadang dapat berperan sebagai pemicu.

B.Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Penyebab pasti dari tiap kehamilan ektopik terkadang sulit diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu kondisi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi spiral atau intrauterine device (IUD) diduga sebagai faktor pemicu utama sehubungan dengan kehamilan ektopik.
  • Pernah mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko 15-20 persen lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.
  • Infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengidap inflamasi tuba falopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual menular, seperti gonore atau chlamydia (klamidia), memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
  • Masalah kesuburan. Pengobatan untuk masalah kesuburan terkadang dapat memicu kehamilan ektopik.
  • Proses sterilisasi dan sebaliknya. Prosedur pengikatan tuba atau pembukaan ikatan tuba yang kurang sempurna juga berisiko memicu kehamilan ektopik.

 

 

C.Gejala Kehamilan Ektopik

Pada awalnya, kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala atau memiliki tanda yang mirip dengan kehamilan biasa sebelum akhirnya muncul gejala lain yang mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya adalah:

  • Sakit perut.
  • Nyeri pada tulang panggul.
  • Menstruasi berhenti.
  • Pendarahan ringan dari vagina.
  • Pusing atau lemas.
  • Mual dan muntah.
  • Nyeri pada bahu.
  • Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
  • Jika tuba falopi sobek, akan terjadi pendarahan hebat yang mungkin memicu hilangnya kesadaran.

Kehamilan ektopik termasuk kondisi medis yang membutuhkan penanganan darurat. Karena itu, sebaiknya Anda segera ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala seperti di atas.

D.Diagnosis Kehamilan Ektopik

Selain menanyakan kondisi kesehatan secara umum, dokter akan mengadakan pemeriksaan fisik pada rongga panggul. Tetapi kehamilan ektopik tidak bisa dipastikan hanya melalui pemeriksaan fisik. Dokter juga membutuhkan USG atau tes darah.

Metode USG yang paling akurat untuk mendeteksi kehamilan ektopik adalah USG transvaginal. Prosedur ini akan mengonfirmasi lokasi kehamilan ektopik sekaligus detak jantung janin.

Jika lokasi kehamilan ektopik tidak dapat diketahui melalui USG dan kondisi Anda stabil, dokter akan menganjurkan tes darah untuk konfirmasi. Tes ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin). Hormon ini diproduksi plasenta selama awal kehamilan.

E.Langkah Penanganan Kehamilan Ektopik

Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak di dalam rahim. Karena itu, jaringan ektopik harus diangkat untuk menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal.

Wanita yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani penanganan secepatnya. Kehamilan ektopik yang terdeteksi secara dini tanpa rasa nyeri yang signifikan dan tidak ada janin yang berkembang secara normal dalam rahim umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini akan menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah terbentuk.

Dokter akan memantau kadar hCG pasien setelah menerima suntikan. Jika kadar hCG dalam darah pasien tetap tinggi, hal ini biasanya mengindikasikan bahwa pasien membutuhkan suntikan methotrexate lagi. Potensi efek samping obat ini meliputi mual, muntah, serta gangguan hati.

Kehamilan ektopik juga dapat ditangani dengan operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan melalui operasi lubang kunci atau laparoskopi. Tuba falopi yang ditumbuhi jaringan ektopik akan diperbaiki jika memungkinkan.

Diagnosis dan hasil tes yang tepat tentunya sangat membantu. Diperkirakan lebih dari 80 persen wanita yang didiagnosis mengalami kehamilan ektopik dapat pulih dengan terapi obat dan/atau prosedur laparoskopi tanpa pengangkatan tuba falopi.

F.Komplikasi Kehamilan Ektopik

Diagnosis yang tidak tepat dan penanganan yang terlambat untuk kehamilan ektopik dapat memicu pendarahan hebat dan bahkan kematian akibat sobeknya tuba falopi atau rahim. Jika mengalami komplikasi ini, pasien harus menjalani operasi darurat melalui bedah terbuka. Tuba falopi kemungkinan dapat diperbaiki, tapi umumnya harus diangkat.

Penanganan dengan operasi pun memiliki risiko tersendiri, seperti pendarahan, infeksi, serta kerusakan pada organ-organ di sekitar bagian yang dioperasi.

Kehamilan ektopik tidak bisa dicegah sepenuhnya. Tetapi Anda tetap dapat menurunkan kemungkinannya dengan menghindari atau mengurangi faktor risiko tertentu. Misalnya, melakukan pemeriksaan dengan tes darah dan USG sebagai pendeteksian awal atau memantau perkembangan kehamilan, khususnya wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.

LETAK LINTANG

KEHAMILAN LETAK LINTANG

 A.DEFINISI

Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi oblique).

Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak dapat didorong ke atas tanpa merobekkan uterus.

B.ETIOLOGI

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, Faktor faktor tersebut adalah :

a)      Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.

b)      Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.

c)      Gemelli (kehamilan ganda)

d)      Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum

e)      Lumbal skoliosis

f)        Bayi besar

g)      Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.

C.KLASIFIKASI

1.Letak lintang kepala sinistra dorso anterior

2.Letak lintang kepala sinistra dorso posterior

3.Letak lintang kepala sinistra dorso superior

4.Letak lintang kepala sinistra dorso inferior

5.Letak lintang kepala dekstra dorso anterior

6.Letak lintang kepala dekstra dorso posterior

7.Letak lintang kepala dekstra dorso superior

8.Letak lintang kepala dekstra dorso inferior

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek.

D.DIAGNOSIS

(1) Inspeksi

Perut membuncit ke samping

(2) Palpasi

  1. Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
  2. Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
  3. Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri

(3) Auskultasi

Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.

(4) Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

a)    Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.

b)    Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.

c)     Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula

d)    .Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah

E.MEKANISME PERSALINAN

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau bila panggul luas.

Beberapa cara janin lahir spontan

  1. Evolutio spontanea

(1) Menurut DENMAN

Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala.

(2). Menurut DOUGLASBahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.

  1. Conduplicatio corpore

Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie

Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin.

Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.

Pada letak lintang biasanya :

– ketuban cepat pecah

– pembukaan lambat jalannya

– partus jadi lebih lama

– tangan menumbung (20-50%)

– tali pusat menumbung (10%)
F. PROGNOSIS

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan – kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.

♦ Bagi ibu

Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.

♦ Bagi janin

Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :

(1) Prolasus funiculi

(2) Trauma partus

(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus

(4) Ketuban pecah dini

PENATALAKSANAAN

1.Pada kehamilan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan.

Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

 2.Pada persalinan

Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta
  2. Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta
  3. Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com
  4. Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2nd eds, cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta.
  5. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.
  6. Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar – dasar Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta
  7. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/kehamilan-dengan-letak-lintang.html